Senin, 24 Februari 2014

Program ‘Paletisasi” Manusia bersaing dengan mesin.



Berbicara tentang mesin dan manusia, terlintas dalam benak saya kata “paletisasi”. Yah program yang mulai digalakkan oleh PT. Semen Indonesia ini sepertinya menjadi momok bagi para TKBM (Tenaga Kerja Bongkar Muat) di gudang-gudang VU, karena penghasilan mereka terancam  hilang di telan deru mesin forklift yang mondar-mandir menurunkan, menaikkan dan mengatur penempatan semen maupun non semen. Pantas saja kalau terjadi perlawanan atau demo di beberapa gudang yang tidak rela pekerjaannnya digantikan oleh mesin. Semoga ada solusi yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak.
Tidak bisa kita pungkiri bahwa kemajuan perkembangan dunia tehnologi  telah sedikit demi sedikit mengurangi peran manusia dan ini akan menyeleksi siapa-siapa diantara kita yang tidak memiliki kompetensi.  Kita ambil contoh mesin ATM, bagaimana kemudian mesin ATM ini bisa menggantikan ribuan bahkan jutaan teller. Jika di seluruh Indonesia ada 150.000 mesin ATM dan setiap ATM menyerap 3 tenaga kerja (3 shif), artinya 450.000 teller yang tergantikan oleh mesin. Apakah kita akan menggelar demo besar-besaran untuk menghentikan penggunaan mesin ATM yang pada kenyataannya justru mempermudah kita dalam bertransaksi perbankan?  Impossible.
Oleh karena itu coba kita pikirkan sejenak, apakah suatu saat pekerjaan kitapun akan digantikan oleh mesin atau komputer?
Jika anda seorang sales person, coba anda perhatikan akhir-akhir ini telah menjamur toko online, penjual dan pembeli tak perlu lagi bertatap muka, pembeli hanya mengisi order, transfer kemudian barang dikirim melalui paket. Mereka tidak membutuhkan sales person.
Siapkah diri kita bersaing dengan tehnologi yang semakin canggih dan secara perlahan tapi pasti menggeser  peran kita? Jangan dulu khawatir dan berkecil hati, karena masih banyak yang bisa kita lakukan untuk bersaing dengan perkembangan tehnologi yang semakin canggih.
Yang perlu kita sadari adalah bahwa sebenarnya otak manusia ciptaan Alloh SWT masih jauh lebih canggih dibandingkan tehnologi. Oleh karena itu kita harus menggunakan otak kita dalam bekerja. Bukan hanya bekerja keras tetapi juga cerdas. Boleh saja peran seorang sales yang membagikan brosur kepada calon pembeli  digantikan oleh email  yang sekali klik bisa mengirim ribuan brosur kepada calon pembelinya, akan tetapi bisakah peran seorang CEO yang berpikir tentang kebijakan strategis  perusahaan digantikan oleh mesin? Tentu sulit bukan. Jadi kita harus gunakan otak kita, dan tidak hanya mengandalkan otot saja. Setuju?
Alloh SWT juga memberikan kepada  manusia bakat atau talenta yang berbeda-beda dan untuk melalukan peran atau hal yang berbeda-beda pula. Seorang manager penjualan yang memikirkan strategi pemasaran belum tentu bisa menjadi  seorang penjual produk yang baik, begitu juga sebaliknya.
Coba kita perhatikan apakah mungkin Choirul Tanjung, pemilik Trans Corp yang memiliki banyak anak usaha atau Dahlan Iskan yang dulu CEO koran terkemuka di Indonesia dan kini dipercaya menjadi menteri BMUN bisa digantikan oleh softaware yang canggih? Oleh karena itu, untuk bisa memenangkan persaingan dan agar peran kita tidak di ambil alih oleh mesin, kita harus menemukan potensi diri dan pekerjaan yang sesuai dengan bakat kita, dan terus mengembangkannya sehingga menjadi kekuatan ata kemampauan yang tidak bisa tergantikan oleh mesin.
Jangan alergi dengan tehnologi, jangan jauhi tehnologi, gunakan tehnologi untuk mendorong anda  lebih maju. (Muhamad Imron/Ka. Urs. Perencanaan Pemasaran PDS & BB)*dimuat di majalah ‘Gapura’ edisi 26 Desember 2013*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar